MAKALAH
MODEL- MODEL PEMBELAJARAN FISIKA
Oleh :
YOHANA NATA
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN
ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS FLORES
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Pelaksanaan
pembelajaran fisika yang aktif ,inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan
baik yang akan dilaksanakan di dalam maupun di luar kelas diperlukan persiapan
yang matang oleh pendidik. Dalam perkembangannya terdapat beberapa model
pembelajaran yang dapat diterapkan. Model pembelajaran antara lain pembelajaran
langsung atau direct instruction, dan Problem Based Instruction, Cooperative
Learning. Dalam makalah ini kelompok kami membatasi membahas tentang
pembelajaran langsung atau direct instruction, dan Problem Based
Instruction. Dalam pembagiannya model-model tersebut memiliki karakteristik
dan detil masing masing.
Pada makalah
ini, kelompok kami membatasi pembahasan pada model pembelajaran langsung atau direct
instruction, dan Problem Based Instruction. Pembahasan pada lingkup
definisi, landasan, karakteristik, strategi, langkah-langkah, metode yang dapat
digunakan, implementasi dalam bidang fisika, juga kelebihan dan kekurangan
metode tersebut.
1.2
Rumusan
Masalah
1.2.1 Apakah
definisi dari teori pembelajaran (termasuk landasan belajar)?
1.2.2 Seperti apa
karakteristik, langkah-langkah, metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam
pembelajaran fisika?
1.2.3 Apakah
contoh implementasi model pembelajaran fisika?
1.2.4 Apakah
kelemahan dan kelebihan model pembelajaran fisika?
1.3
Tujuan
1.3.1
Mengetahui
definisi dari teori pembelajaran (termasuk landasan belajar).
1.3.2
Mengetahui
apa karakteristik, langkah-langkah, metode pembelajaran yang dapat digunakan
dalam pembelajaran fisika.
1.3.3
Mengetahui
contoh implementasi model pembelajaran fisika.
1.3.4
Mengetahui
kelemahan dan kelebihan model pembelajaran fisika.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1. Direct
Instruction
2.1.1
Definisi
Model Direct Instruction
Model
Pembelajaran berasal dari kata Model dan Pembelajaran. ”Model
diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam
melakukan suatu kegiatan” (Nur, 1996 : 78). Hakikat pembelajaran atau hakikat
mengajar adalah membentuk siswa untuk memperoleh informasi, ide, keterampilan,
nilai, cara berfikir, sarana untuk mengekspresikan dirinya, dan cara-cara
bagaimana belajar (Joyce dan Weil dalam Nur, 1996 : 79). Berdasarkan pengertian
di atas dapat dipahami bahwa model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang
melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar
untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan dapat berfungsi sebagai pedoman
bagi perancang pembelajaran dan para pendidik dalam merencanakan dan
melaksanakan aktifitas proses belajar mengajar.
Model pembelajaran yang
menggunakan pendekatan mengajar yang dapat membantu siswa mempelajari
keterampilan dasar dan memperoleh pengetahuan langkah demi langkah adalah model
pengajaran langsung (direct intruction). Menurut Arends (2001): ”A
teaching model that is aimed at helping student learn basic skills and
knowledge that can be taught in a step-by-step fashion. For our purposes here,
the model is labeled the direct instruction model”. Artinya: “Sebuah model
pengajaran yang bertujuan untuk membantu siswa mempelajari keterampilan dasar
dan pengetahuan yang dapat diajarkan langkah-demi-langkah. Untuk tujuan
tersebut, model yang digunakan dinamakan model pengajaran langsung.
Arends (1997) menyatakan: “The direct
instruction model was specifically designed
2.1.2
Landasan
Filosofi Model Direct Instruction
ModelDirect
Instruction merupakan salah satu model pembelajaran yang berdasarkan
2.1.3
Karakteristik
Model Direct Instruction
Model
pembelajaran Direct Instruction atau yang dikenal dengan model
pengajaran
1)
Adanya
tujuan pembelajaran dan pengaruh model pada peserta didik termasuk prosedur
penilaian belajar
2)
Sintaks atau
pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran
3)
Sistem
pengelolaan dan lingkungan belajar model yang diperlukan agar kegiatan
pembelajaran tertentu dapat berlangsung dengan berhasil
Modelling merupakan
pendekatan utama dalam pembelajaran langsung. Modelling berarti
mendemonstrasikan suatu prosedur kepada peserta didik. Modelling mengikuti
urut-urutan sebagai berikut:
1)
Guru
mendemonstrasikan perilaku yang hendak dicapai sebagai hasil belajar.
2)
Perilaku itu
dikaitkan dengan perilaku-perilaku lain yang sudah dimiliki peserta didik.
3)
Guru
mendemonstrasikan berbagai bagian perilaku tersebut dengan cara jelas,
terstruktur dan berurutan disertai penjelasan mengenai apa yang dikerjakannya
setelah setiap langkah selesai dikerjakan.
4)
Peserta
didik perlu mengingat langkah-langkah yang dilihatnya dan kemudian
menirukannya.
2.1.4
Strategi Direct
Instruction
Strategi pembelajaran langsung dirancang untuk
mengenalkan siswa terhadap mata pelajaran guna membangun minat, menimbulkan
rasa ingin tahu, dan merangsang mereka berpikir. Siswa tidak bisa berbuat
apa-apa jika pikiran mereka dikembangkan oleh Guru. Banyak Guru yang membuat
kesalahan dengan mengajar, yakni sebelum siswa merasa terlibat dan siap secara
mental Guru langsung memberikan materi pelajaran.
Menurut Silbernam (dalam Suryati dkk, 2008:35),
strategi pembelajaran langsung melalui berbagai pengetahuan secara aktif
merupakan cara untuk mengenalkan siswa kepada materi pelajaran yang akan
diajarkan. Guru juga dapat menggunakannya untuk menilai tingkat pengetahuan
siswa sambil melakukan kegiatan pembentukan tim.
Beberapa situasi yang memungkinkan model pembelajaran
langsung cocok untuk diterapkan dalam pembelajaran:
a) Ketika Guru
ingin mengenalkan suatu bidang pembelajaran yang baru dan memberikan garis
besar pelajaran dengan mendefinisikan konsep-konsep kunci dan menunjukkan
keterkaitan di antara konsep-konsep tersebut.
b) Ketika Guru
ingin mengajari siswa suatu keterampilan atau prosedur yang memiliki struktur
yang jelas dan pasti.
c) Ketika Guru
ingin memastikan bahwa siswa telah menguasai keterampilan-keterampilan dasar
yang diperlukan dalam kegiatan-kegiatan yang berpusat pada siswa, misalnya
penyelesaian masalah (problem solving).
d) Ketika Guru
ingin menunjukkan sikap dan pendekatan-pedekatan intelektual (misalnya
menunjukkan bahwa suatu argumen harus didukung oleh bukti-bukti, atau bahwa
suatu penjelajahan ide tidak selalu berujung pada jawaban yang logis
e) Ketika
subjek pembelajaran yang akan diajarkan cocok untuk dipresentasikan dengan pola
penjelasan, pemodelan, pertanyaan, dan penerapan.
f) Ketika Guru
ingin menumbuhkan ketertarikan siswa akan suatu topik.
g) Ketika Guru
harus menunjukkan teknik atau prosedur-prosedur tertentu sebelum siswa
melakukan suatu kegiatan praktik.
h) Ketika Guru
ingin menyampaikan kerangka parameter-parameter untuk memandu siswa dalam
melakukan kegiatan pembelajaran kelompok atau independen.
i) Ketika para
siswa menghadapi kesulitan yang sama yang dapat diatasi dengan penjelasan yang
sangat terstruktur.
j) Ketika
lingkungan mengajar tidak sesuai dengan strategi yang berpusat pada siswa atau
ketika Guru tidak memiliki waktu untuk melakukan pendekatan yang berpusat pada
siswa.
2.1.5
Langkah-Langkah
Model Pembelajaran Direct Instruction
Langkah-langkah
model Direct Instruction terdiri dari 5 fase (dalam Dr. Lia Yuliati
M.Pd, 2008:14-17), yaitu orientasi, presentasi, latihan terstruktur, latihan
terbimbing, latihan bebas. Penggunaan model ini pada awalnya digunakan untuk
meningkatkan pengetahuan atau keterampilan siswa pada level yang lebih tinggi
pada kondisi latihan yang berbeda.
Langkah-langkah
pembelajaran disusun sesuai dengan sintaks pembelajaran langsung sebagai
berikut :
Fase-fase
|
Kegiatan
Guru
|
1.
Orientasi
(Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa)
|
·
Menjelaskan
tujuan pembelajaran/indicator, informasi latar belakang pelajaran, pentingnya
pelajaran, mempersiapkan siswa untuk belajar
·
Mendeskripsikan
materi yang akan dipelajari pada pertemuan itu dan hubungannya dengan
pengetahuan dan/atau pengalaman awal siswa yang dapat dilakukan dengan
mengajukan pertanyaan terbuka
·
Mendiskusikan
prosedur kegiatan pembelajaran siswa
|
2.
Presentasi
(Mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan)
|
·
Mendemonstrasikan
keterampilan yang benar, atau menyajikan informasi tahap demi tahap
·
Melakukan modelling
(pemodelan) keterampilan yang akan dikuasai siswa
|
3.
Latihan
Terstruktur (Membimbing pelatihan)
|
·
Merencanakan
kegiatan bimbingan pada siswa
·
Memberikan
bimbingan latihan berdasarkan pemodelan yang diberikan agar siswa dapat
melakukan kegiatan pelatihan awal
|
4.
Latihan
Terbimbing (Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik)
|
·
Mengecek
keberhasilan pelaksanaan tugas latihan apakah siswa telah berhasil melakukan
tugas dengan baik
·
Memberikan
umpan balik terhadap kegiatan siswa dengan melakukan tes, wawancara,
pengamatan dan sebagainya
|
5.
Latihan
Bebas (Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan
hasil latihan)
|
·
Mempersiapkan
kesempatan melakukan pelatihan lanjutan pada siswa
·
Memberikan
penerapan materi yang dipelajari siswa pada situasi lebih kompleks dalam
kehidupan sehari-hari
|
a)
Seatwork
Seatwork mengacu
pada tugas dan extended practice yang diberikan untuk diselesaikan di kelas.
Hal ini cara yang lazim digunakan. Pedoman berikut disarankan untuk Seatwork
:
1)
Berikan seatwork
yang dianggap menarik dan menyenangkan oleh siswa. Batas penggunaan worksheets
standar
2)
Pastikan
bahwa siswa memahami apa yang dituntut oleh seatwork itu
3)
Secara umm,
buatlah seatwork yang mengikuti pelajaran dengan model pengajaran
langsung sebagai kelanjutan latihan/praktik, bukan kelanjutan dan perpanjangan/perluasan
pengajaran
4)
Miliki
prosedur yang jelas tentang apa yang seharusnya dilakukan siswa bila mereka
menemui jalan buntu, dan miliki rekomendasi-rekomendasi bagi siswa yang
menyelesaikan pekerjaannya lebih cepat maupun lebih lambat dibanding
teman-temannya
b)
Homework
Di bawah ini
adalah beberapa pedoman yang disarankan untuk memberikan PR:
1)
Seperti
halnya seatwork, berikan tugas yang menarik dan secara
potensial menyenangkan dan pastikan bahwa siswa memahami tugasnya
2)
Berikan PR
yang cukup menantang dan dapat diselesaikan dengan baik. PR,
seperti halnya seatwork, seharusnya tidak melibatkan kelanjutan
pengajaran, tetapi kelanjutan praktik/latihan atau persiapan untuk
pengajaran hari berikutnya
3)
Gunakan
tugas-tugas PR dengan cukup sering dan tidak terlalu besar (banyak) dan bukan
lebih jarang tetapi berupa tugas-tugas besar (berat). Pedomanini
tentunya dipengaruhi oleh sifat bidang studinya dan umur siswa. Sebagai contoh,
tugas-tugas berbasis praktik yang lebih besar sangat diharapkan untuk
siswa-siswa yang lebih matang. Tetapi mempraktikkan keterampilan-keterampilan
tertentu secara umum lebih baik diberikan dengan dosis yang lebih kecil
daripada lebih besar
4)
Buatlah
aturan yang jelas untuk pengerjaan PR. Siswa seharusnya memahami dengan
jelas apakah mereka boleh berbagi tugas dengan temannya, apakah orangtuanya boleh
membantu, apakah mereka boleh menggunakan kalkulator, seberapa jauh mereka
boleh menggunakan internet, dan konsekuensi bila tidak mengumpulkan PR pada
waktunya
5)
Beritahukan
kepada orangtua tentang tingkat keterlibatan yang diharapkan dari mereka. Apakah
mereka diharapkan untuk membantu putra-putrinya dalam menjawab pertanyaan
–pertanyaan yang sulit atau menyediakan atmosfer belajar yang tenang kepada
mereka? Apakah mereka didorong untuk memeriksa PR anaknya setelah selesai
dikerjakan? Apakah mereka tau berapa kira-kira frekuensi dan durasi tugas-tugas
PR-nya?
6)
Berikan
umpan balik dan nilai PR sesegera mungkin. Banyak Guru memeriksa PRsiswa
hanya untuk menentukan apakan PR itu dikerjakan. Hal ini akan mengirimkan pesan
pada siswa bahwa tidak penting tata cara mengerjakannya, yang penting sudah
dikerjakan. Siswa akan segera melihat bahwa tugas itu adalah untuk memindahkan
sesuatu apapun itu di atas kertas. Hal ini menjadi preseden buruk. Salah satu
metode untuk memberikan umpan-balik yang relative mudah adalah denganmelibatkan
siswa dalam mengoreksi PR teman-temannya. Atau, PR itu dikembalikan segera
kepada siswa agar mereka mendapatkan manfaat dari tugas itu.
2.1.6
Metode yang
Ada di Dalam Model Direct Instruction
Adapun metode-metode dari Direct Instruction adalah sebagai berikut :
1.
Metode Ceramah
Ceramah
merupakan metode pembelajaran yang konvensional.
Ceramah jika terlalu sering digunakan tidak
akan efektif. Menurut Suprayekti (2003: 32)
metode ceramah perlu diperbaiki dalam
penerapannya dengan cara :
a)
Membangun daya tarik,
b)
Memaksimalkan pengertian dan ingatan
c)
Melibatkan siswa
d)
Memberikan penguatan.
Cara untuk
membangun minat siswa pada saat guru menerapkan metode ceramah,
yaitu:
a)
Guru
mengemukakan cerita atau visual yang menarik, seperti : anekdot,
cerita fiksi, kartun, atau media visual
yang menarik siswa
b)
Kemukakan
suatu masalah
c)
Kemukakan
nilai positif dan manfaat
d)
Berikan
pertanyaan yang memotivasi siswa untuk memiliki rasa ingin tahu.
Metode
ceramah dalam penerapannya perlu memaksimalkan pemahaman dan ingatan.
Adapun cara yang dapat ditempuh untuk
memaksimalkan pemahaman dan ingatan, yaitu :
a)
Memberikan
headlines dan kata kunci
b)
Kemukakan
contoh dan analogi
c)
Gunakan
media pembelajaran atau minimal alat bantu
visual. Agar siswa tidak pasif, maka
penerapan metode ceramah perlu melibatkan peserta
didik.
Hal
tersebut salah satunya dapat ditempuh dengan memberikan
tantangan spot. Tantangan spot adalah penghentian
ceramah secara periodik disertai dengan
memberikan tantangan kepada siswa untuk
memberikan contoh dari konsep yang disajikan.
Selain penggunaan tantangan spot, pemberian
latihan-latihan juga dapat melibatkan siswa dalam
ceramah. Latihan-latihan yang diberikan diarahkan untuk memperjelas point-point
yang telah disampaikan dalam cermah.
Materi yang
disampaikan melalu metode ceramah mudah
terlupakan. Kondisi tersebut perlu diatasi dengan memberikan daya penguat
ceramah. Adapun cara untuk memberikan daya
penguat dalam metode ceramah, yaitu : aplikasi
masalah dan review. Aplikasi masalah adalah pemberian masalah atau pertanyaan
pada siswa untuk diselesaikan dengan
memanfaatkan informasi yang diberikan pada saat
ceramah. Selain itu, penguatan dapat
diberikan dengan memberikan review. Review dalam hal
ini siswa diminta mengulas ceramah yang
telah disampaikan.
2.
Metode Resitasi
Metode
resitasi biasanya digunakan untuk mendiagnosis kemajuan belajar peserta didik.
Resitasi diterapkan dengan menggunakan pola yaitu guru bertanya, peserta didik
memberikan respon, lalu guru memberikan reaksi. Resitasi menurut Gage dan
Berliner (melalui Mulyatiningsih, 2011: 225) umumnya digunakan dalam
review, pengantar materi baru, mengecek jawaban, praktik, dan mengecek
pemahaman peserta didik terhadap materi pelajaran dan ide-idenya.
3.
Metode Praktik dan Drill
Metode
praktik dilakukan setelah materi dipelajari atau guru memberikan
demonstrasi. Metode drill digunakan ketika
peserta didik diminta mengulang informasi pada
topik-topik khusus sampai dapat menguasai
topik-topik yang diajarkan. Metode praktik dan
drill disebut juga metode praktik dan
latihan. Metode tersebut diarahkan pada
pengulangan (repitisi) untuk membantu peserta
didik memiliki pemahaman yang lebih baik
dan mudah mengingat kembali informasi yang sudah disampaikan.
4.
Team-Game-Tournament (TGT)
Metode
TGT memiliki yang hampir sama dengan STAD.
Metode TGT menurut Mulyatiningsih (2011: 229)
melibatkan aktivitas peserta didik tanpa perbedaan
status, dengan tutor teman sebaya, dan mengandung unsur permainan dan
penguatan. Adapun langkah- langkah TGT, yaitu :
a)
Guru
menyajikan materi dengan ceramah dan tanya jawab
b)
Pembentukkan
kelompok dengan anggota 4-5 siswa yang heterogen;
guru memberikan tugas untuk belajar bersama
dalam kelompok
c)
Guru
memberikan permainan berupa pertanyaan dimana
siswa dapat memilih sesuai dengan nomor
yang dikehendaki
d)
Guru
memberikan kompetisi atau turnamen setiap selesai satu materi ajar
e)
Guru
memberikan penghargaan pada kinerja kelompok yang paling baik.
2.1.7
Kelebihan
dan Kelemahan Model Direct Instruction
Secara umum
setiap model pembelajaran mempunyai kelebihan-kelebihan yang membuat model
pembelajaran tersebut lebih baik digunakan dibanding dengan model pembelajaran
yang lainnya. Tetapi selain mempunyai kelebihan-kelebihan pada setiap model
pembelajaran juga ditemukan keterbatasan-keterbatasan yang merupakan
kelemahannya.
a.
Kelebihan
model pembelajaran Direct Instruction
1)
Dalam model
pembelajaran Direct Instruction, Guru mengendalikan isi materi dan
urutan informasi yang diterima oleh peserta didik sehingga dapat mempertahankan
fokus mengenai apa yang harus dicapai oleh peserta didik.
2)
Merupakan
cara yang paling efektif untuk mengajarkan konsep dan keterampilan-keterampilan
kepada peserta didik yang berprestasi rendah sekalipun.
3)
Model ini
dapat digunakan untuk membangun model pembelajaran dalam bidang studi tertentu.
Guru dapat menunjukan bagaimana suatu permasalahan dapat didekati, bagaimana
informasi dianalisis, bagaimana suatu pengetahuan dihasilkan.
4)
Model
pembelajaran Direct Instruction menekankan kegiatan mendengarkan
(melalui ceramah) dan kegiatan mengamati (melalui demonstrasi), sehingga
membantu peserta didik yang cocok belajar dengan cara-cara ini.
5)
Model
pembelajaran Direct Instruction dapat memberikan tantangan untuk
mempertimbangkan kesenjangan antara teori dan fakta.
6)
Model
pembelajaran Direct Instruction dapat diterapkan secara efektif dalam
kelas besar maupun kelas yang kecil.
7)
Peserta
didik dapat mengetahui tujuan-tujuan pembelajaran dengan jelas.
8)
Waktu untuk
berbagi kegiatan pembelajaran dapat dikontrol dengan ketat.
9)
Dalam model
ini terdapat penekanan pada pencapaian akademik.
10)
Kinerja
peserta didik dapat dipantau secara cermat.
11)
Umpan balik
bagi peserta didik berorientasi akademik.
12)
Model
pembelajaran Direct Instruction dapat digunakan untuk menekankan
butir-butir penting atau kesulitan-kesulitan yang mungkin dihadapi peserta
didik.
13)
Model
pembelajaran Direct Instruction dapat menjadi cara yang efektif untuk
mengajarkan informasi dan pengetahuan faktual dan terstruktur.
b.
Kelemahan
model pembelajaran Direct Instruction
1)
Karena dalam
model ini berpusat pada Guru, maka kesuksesan pembelajaran bergantung pada
Guru. Jika Guru kurang dalam persiapan, pengetahuan, kepercayaan diri,
antusiasme maka peserta didik dapat menjadi bosan, teralihkan perhatiannya, dan
pembelajaran akan terhambat.
2)
Model
pembelajaran Direct Instruction sangat bergantung pada cara komunikasi
Guru. Jika Guru tidak dapat berkomunikasi dengan baik maka akan menjadikan
pembelajaran Direct Instruction menjadi kurang baik pula.
3)
Jika materi
yang disampaikan bersifat kompleks, rinci atau abstrak, model pembelajaran
tidak dapat memberikan kesempatan pada peserta didik untuk cukup memproses dan
memahami informasi yang disampaikan.
4)
Jika terlalu
sering menggunakan model pembelajaran Direct Instruction akan membuat
beranggapan bahwa Guru akan memberitahu peserta didik semua informasi yang
perlu diketahui. Hal ini akan menghilangkan rasa tanggung jawab mengenai
pembelajan peserta didik itu sendiri.
5)
Demonstrasi
sangat bergantung pada keterampilan pengamatan peserta didik. Kenyataannya,
banyak peserta didik bukanlah pengamat yang baik sehingga sering melewatkan
hal-hal penting yang seharusnya diketahui.
2.1.9
Contoh
Perencanaan Model Direct Instruction pada bidang fisika
1.
Orientasi : menyampaikan bahwa telah mempelajari
tentang GLBB pada pertemuan sbelumnya dan menyampaikan akan mempelajari materi
GJB
2.
Presentasi : melakukan demonstrasi tentang GJB
(menjatuhkan dua benda bermassa beda akan tetap jatuh pada saat yang sama). Dan
menyampaikan bahwa yang berpengaruh sebenarnya adalah gaya gesek bukan massa.
Menyatakan gerak yang dilakukan sama dengan GLBB dan persamaan yang digunakan
sama dengan persamaan GLBB
3.
Latihan Terstruktur : siswa diminta melakukan sendiri
percobaan untuk menjatuhkan 2 benda bermassa berbeda. Siswa diberikan soal
untuk mempresiksi berapa lama waktu jatuh benda.
4.
Latihan Terbimbing : meminta siswa untuk
mengerjakan didepan soal yang diberikan, dicek kebenaran dan jika salah
diluruskan.
5.
Latihan Bebas : memberikan persoalan
yyang lebih rumit dengan mengganti variable yang ditanya dan yang diketahui
untuk siswa agar lebih mengerti.
2.2. Problem
Based Instruction
2.2.1
Pengertian
Ada banyak
pakar pendidikan yang mendefinisikan model pembelajaran problem based
instruction, diantaranya yaitu menurut Duch pembelajaran berdasarkan masalah
(problem based instruction) adalah metode pendidikan yang mendorong siswa
mengenal cara belajar dan bekerjasama dalam kelompok untuk menyelesaikan
masalah-masalah dalam dunia nyata. Simulasi masalah digunakan untuk
mengaktifkan keingintahuan siswa sebelum mempelajari suatu objek. Pembelajaran
berdasarkan masalah menyiapkan siswa untuk berpikir secara kritis dan analitis,
serta mampu untuk mendapatkan dan menggunakan secara tepat sumber-sumber
pembelajaran.
Menurut
Arens, problem based instruction adalah model pembelajaran yang berlandaskan
paham konstruktivistik yang mengakomodasi keterlibatan siswa dalam belajar dan
pemecahan masalah otentik.
Magi
Savin-Baden sebagaimana dikutip oleh Suherman mengatakan “problem
based-learning is increasingly being seen as a means of educating students to
learn with complexity”. Maksudnya adalah model pembelajaran berdasarkan masalah
dapat menjadikan pembelajaran siswa lebih bermakna untuk belajar dengan sesuatu
yang kompleks.
Sebagaimana
dikutip oleh Suherman, Wilkerson dan Gijselaers menyatakan bahwa problem-based
learning is characterized by student centered approach, teachers as
“facilitators rather than disseminator” and open-ended problem … that “serve as
the initial stimulus and famework for learning”. Berdasarkan pengertian
tersebut, pembelajaran berdasarkan masalah merupakan suatu konsep pembelajaran
yang mempunyai karakteristik pembelajaran berpusat pada siswa dan guru hanya
berperan sebagai fasilitator dalam pembelajaran yang bertugas memberikan
rangsangan-rangsangan terhadap siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran.
Menurut
Nasution, problem based instruction (pembelajaran berbasis masalah) merupakan
pembelajaran dengan pendekatan konstruktivis, yang mengatakan bahwa pengetahuan
tidak statis, tetapi berevolusi dan berubah secara konstan selama pelajar
mengonstruksikan pengalaman-pengalaman baru yang memaksa mereka mendaarkan diri
dan memodifikasi pengetahuan sebelumnya. Guru berperan sebagai penyaji masalah,
penanya, mengadakan dialog, pemberi fasilitas penelitian, menyiapkan dukungan
dan dorongan yang dapat meningkatkan pertumbuhan inkuiri dan intelektual peserta
didik. Prinsip utama pendekatan konstruktivis adalah pengetahuan tidak diterima
secara pasif, tetapi dibangun secara aktif oleh individu.
Dari
beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran problem
based instruction merupakan model pembelajaran dengan pendekatan konstruktifis
yang berpusat pada siswa, yang mendorong siswa untuk lebih aktif dalam proses
pembelajaran dan lebih kreatif dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan
yang autentik, sedangkan guru hanya berperan sebagai fasilitator
.
2.2.2
Karakteristik
Problem Based Instruction
Para tokoh
yang mengembangkan metode pembelajaran problem based instruction
mendeskripsikan beberapa karakteristik dari model pembelajaran ini, antara
lain:
1.
Pertanyaan
atau masalah perangsang
Model pembelajaran ini tidak diorganisasikan di seputar prinsip akademis
atau keterampilan tertentu, melainkan pada pertanyaan dan masalah yang penting
secara social dan bermakna secara personal bagi siswa. Pertanyaan dan masalah
yang diajukan merupakan berbagai masalah yang ada pada kehidupan nyata dengan
jawaban yang tidak sederhana dan mengundang solusi yang competing untuk
menyelesaikannya.
Contoh pertanyaan dan masalah:
-
Mengapa saat
malam hari suara yang kita dengar lebih keras dari pada saat siang hari?
-
Bagaimanakah
prinsip yang digunakan oleh kapal selam?
2.
Fokus
interdisipliner
Meskipun metode PBI dapat dipusatkan pada subjek tertentu, tetapi masalah
yang akan diamati atau diinvestigasi dipilih karena menuntut siswa untuk
menggali banyak subjek.
3.
Investigasi
autentik
Model PBI mengharuskan siswa untuk melakukan investigasi autentik untuk
mendapatkan solusi dari suatu permasalahan yang nyata. Siswa harus menganalisis
dan mnetapkan masalah, mengembangkan hipotesis, menumpulkan dan menganalisis
informasi, melakukan eksperimen (bila dimungkinkan), membuat inferensi dan
menarik kesimpulan.
4.
Menghasilkan
produk dan memamerkannya
Model PBI menuntut siswa menghasilkan produk yang menjelaskan atau
mempresentasikan solusi yang mereka hasilkan. Produk ini dapat berupa laporan,
model fisik, video atau program computer. Produk ini dirancang untuk
menyampaikan apa yang telah diperoleh siswa kepada orang lain.
5.
Kerjasama
PBI ditandai dengan bekerja secara kelompok. Bekerja secara bersama-sama
dapat memotivasi siswa mengerjakan tugas-tugas kompleks secara kontinyu dan
meningkatkan kesempatan bagi siswa untuk melakukan penyelidikan. Selain itu
juga dapat mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan sosial.
Dari
karakteristik model pembelajaran PBI dapat dijelaskan bahwa model pembelajaran
ini tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi dalam jumlah besar
pada siswa. Akan tetapi model pembelajaran ini dirancang terutama untuk
membantu mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi, keterampilan
menyelesaikan masalah dan ketererampilan intelektualnya, membantu mempelajari
peran-peran orang dewasa dengan mengalaminya melalui berbagai situasi nyata
atau situasi yang disimulasikan, dan membantu siswa untuk menjadi pelajar yang
mandiri dan otonom.
2.2.3
Dukungan
Teoritis dan Empiris
Model
pembelajaran PBI ini mendapat dukungan teoritik dari psikologi kognitif.
Fokusnya utamanya bukan pada apa yang sedang dikerjakan siswa, tetapi apa yang
dipikirkan siswa selama mereka mengerjakannya. Berikut ini adalah beberapa
tokoh yang mendasari model pembelajaran problem based instructutional.
1.
Dewey dan
kelas berorientasi-masalah.
Menurut Dewey sekolah merupakan
cermin masyarakat yang lebih besar dan kelas akan menjadi laboratorium untuk
penyelidikan dan penyelesaian masalah kehidupan nyata. Pedagogi Dewey mendorong
guru untuk melibatkan siswa dalam berbagai proyek berorientasi masalah dan
membantu mereka menyelidiki berbagai masalah social dan intelektual yang
penting.
Dewey mengatakan bahwa pembelajaran
di sekolah harusnya purposeful (memiliki maksud yang jelas) dan tidak abstrak
dan hendaknya dapat diselesikan melalui kerja kelompok.
2.
Piaget,
Vygotsky, dan konstruktivisme
Teori-teori konstruktifis tentang
belajar yang menekankan pada kebutuhan pelajar untuk menginvestigasi
lingkungannya dan mengonstruksikan pengetahuan yang berarti secara personal
memberikan dasar teoritis untuk PBI. Perspektif kognitif-konstruktivis yang
menjadi landasan PBI, banyak menggunakan pendapat Piaget. Perspektif ini
menyatakan, seperti yang sudah dikatakan oleh Piaget, bahwa pelajar dengan umur
berapa pun terlibat secara aktif dalam proses mendapatkan informasi dan
mengonstruksikan pengetahuannya sendiri. Pengetahuan tidak statis, tetapi
berevolusi dan berubah secara konstan selama pelajar mengonstruksikan
pengalaman-pengalaman baru yang memaksa mereka untuk memodifikasi pengetahuan
sebelumnya.
Pendapat Lev Vygotsky hampir sama
dengan pendapat piaget. Perbedaannya, bila Piaget memfokuskan pada tahap-tahap
perkembangan intelektual yang dilalui anak terlepas dari konteks sosial dan
kulturalnya, Vygotsky menekankan pentingnya aspek sosial belajar. Vygotsky
percaya bahwa interaksi sosial dengan orang lain memacu pengonstruksian ide-ide
baru dan meningkatkan intelektual siswa.
3.
Bruner dan
discovery learning
Jerome Bruner memberikan dukungan
teoritis penting terhadap discovery learning, sebuah model pengajaran yang
menekankan pentignya membantu siswa memahami ide-ide kunci suatu disiplin ilmu,
kebutuhan akan keterlibatan aktif siswa dalam proses belajar, dan keyakinan
bahwa pembelajaran sejati terjadi melalui personal discovery (penemuan
pribadi).
Selain itu, model PBI juga
menyandarkan diri pada konsep lain dari bruner, yakni scaffolding, yaitu proses
bagi seorang pelajar yang dibantu guru atau orang yang lebih mampu untuk
mengatasi masalah atau menguasai keterampilan yang sedikit diatas tingkat
perkembangannya saat ini. Dalam hal ini pembelajaran berdasarkan masalah tidak
akan bejalan dengan baik tanpa adanya bantuan dari pihak-pihak lain yang
membantu siswa dalam memecahkan masalah.
2.2.4
Langkah-Langkah
Model Pembelajaran PBI
1.
Tahap
perencanaan
·
Memutuskan
sasaran dan tujuan
Sebelumnya telah dideskripsikan
bahwa model PBI dirancang untuk mencapai tujuan-tujuan seperti meningkatkan
keterampilan intelektual dan investigasi, memahami peran orang dewasa, dan
membantu siswa menjadi pelajar yang mandiri. Sebagian guru merancang
pembelajaran PBI untuk mencapai semua tujuan secara simultan. Tetapi sebagian
besar guru hanya menekankan satu atau dua tujuan dalam pelajaran tertentu.
Terlepas dari apakah pembelajaran itu difokuskan pada sebuah tujuan tunggal
atau memiliki tujuan yang luas, penting untuk merumuskan sasaran dan tujuan
yang ingin dicapai sehingga dapat dikomunikasikan dengan jelas pada siswa.
·
Merancang
situasi bermasalah yang tepat
PBI didasarkan pada pemikiran bahwa
situasi bermasalah yang membingungkan dapat menimbulkan rasa ingin tahu siswa
sehingga membuat mereka taertarik untuk mencari solusinya. Situasi bermasalah
yang baik harus memenuhi lima krieria penting, yaitu:
a.
Situasi yang
autentik. Artinya pemasalahannya harus dikaitkan dengan pengalaman nyata dari
siswa bukan dengan prinsip-prinsip disiplin akademis tertentu.
b.
Masalah itu
harus yang tidak jelas sehingga menimbulkan teka-teki. Masalah yang tidak jelas
tidak dapat diselesaikan dengan jawaban yang sederhana dan membutuhkan
solusi-solusi alternatif. Hal ini dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk
berdiskusi dan berdebat.
c.
Masalah itu
harusnya bermakna bagi siswa dan sesuai dengan tingkat pekembangan intelektual
siswa.
d.
Masalah itu
mestinya cukup luas sehingga memberi kesempatan pada guru untuk memenuhi tujuan
instruksionalnya, tetapi tetap dengan batas yang sesuai dengan pelajarannya
baik dari segi waktu, ruang, dan keterbatasan sumber daya.
e.
Masalah yang
baik harus dapat mendatangkan manfaat dari usaha kelompok.
·
Mengorganisasikan
sumber daya dan merencanakan logistik
Model pembelajaran PBI mendorong
siswa untuk bekerja dengan menggunakan beragam alat dan bahan, baik yang
dilakukan di ruang kelas, perpustakaan sekolah dan laboratorium, atau yang
dilakukan di luar kelas. Tugas utama guru dalam perencanaan pembelajaran PBI
adalah mengorganisasikan sumber daya dan merencanakan logistik yang diperluakan
siswa dalam melakukan investigasi.
Untuk proyek-proyek yang membutuhkan
investigasi di luar sekolah dapat membrikan tantangan tersendiri bagi para
guru. Guru harus merencanakan seccara terperinci bagaiman siswa akan diantaran
ke lokasi dan bagaimana siswa diharapkan berprilaku selama berada di lokasi,
selain itu juga mengharuskan untuk mengajarkan sikap yang baik dalam melaksanakan
observasi.
2.
Tahap
pelaksanaan
·
Memberikan
orientasi permasalahannya kepada siswa.
Guru harus mengomunikasikan tujuan
dari pembelajaran tersebut dengan jelas. Uru juga harus membeikan motivasi dan
membangun sikap positif terhadap pelajaran tersebut dan mendiskripsikan hal-hal
yang akan dilakukan siswa alam pembelajaran tersebut. Untuk siswa yang belum
pernah melakukan pembelajaran dengan model PBI, sebaiknya guru mendeskripsikan
dan menjelaskan proses-proses dan prosedur model tersebut dengan lebih
terperinci.
Siswa perlu memahami bahwa maksud
dari pembelajaran PBI adalah untuk belajar tentang cara melakukan penyelidikan
terhadap permasalahan-permasalahan penting dan menjdi pelajar yang mendiri.
Dalam menyuguhkan situasi bermasalah
itu pada siswa, hendaknya dilakukan dengan semenarik mungkin dan seakurat
mungkin. Biasanya dengan melihat, merasakan, atau menyentuh suatu objek dapat
lebih membangkitkan rasa ketertarikan dan motivasi siswa dalam melakukan
penyelidikan. Salah satunya dengan menggunakan discrepant events (situasi yang
menciptakan misteri dan mengejutkan).
·
Mengorganisasikan
siswa untuk meneliti.
Model PBI mengharuskan guru untuk
mengembangkan kemampuan bekerjasama di antara siswa dan membantu mereka untuk
menyelidiki permasalahan secara bersama-sama. Selain itu guru juga harus
membangtu siswa dalam merencanakan tugas penyelidikan dan tugas pelaporannya.
Untuk mengorganisasikan siswa ke
dalam kelompok-kelompok kecil dapat dilakukan dengan bervariasi, sesuai dengan
tujuan yang dimiliki guru untuk proyek-proyek tertentu. Kelompok yang dibentuk
dapat bersifat heterogen baik dari tingkat kemampuan dan keanekaragaman rasial,
etnis atau gender. Guru juga dapat mengorganisasikan siswa menurut minat yang
sama.
Setelah siswa menerima orientai
masalah dan membentuk kelompok, selanjutnya harus ditetapkan sub-subtopik yang
akan dibahas, tugas-tugas penyelidikan dan jadwal yang spesifik. Tantangan bagi
guru dalam tahap ini adalah memastikan semua siswa terlibat aktif dan hasil
penyelidikan-penyelidikan subtopic dapat menghasilkan solusi yang dapat berlaku
untuk permasalahan itu secara umum.
·
Membantu
investigasi atau penyelidikan mandiri dan kelompok.
Inti dari model pembelajaran problem
based instruction adalah melakukan penyelidikan, baik itu dilakukan secara
mandiri, berpasangan atau pun kelompok-kelompok kecil. Meskipun setiap masalah
membutuhkan teknik penyelidikan yang sedikit berbeda, namun sebagian besar
melibatkan proses mengumpulkan data dan eksperimen, pembuatan hipotesis dan
penjelasan, serta pemberian solusi.
-
Mengumpulkan
data dan eksperimen
Guru mendorong siswa untuk
mengumpulkan data dan melakukan eksperimen mental atau actual untuk menciptakan
dan mengonstruksikan ide-idenya sendiri. Selain itu guru juga harus mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang dapat membantu siswa dalam memikirkan permasalahan
tersebut dan informasi apa saja yang dibutuhkan untuk sampai pada solusi yang
dapat dipertahankan. Siswa perlu diajarkan untuk menjadi penyelidik yang aktif
dan cara menggunakan metode yang sesuai dengan permasalahan yang diteliti.
Siswa juga perlu diajarkan etiket penyelidikan yang baik.
-
Mengembangkan
hipotesis, menjelaskan, dan memberi solusi.
Setelah mengumpulkan data dan eksperimen siswa akan menawarkan hipotesis,
penjelasan dan solusi. Pada tahap ini sangat penting bagi guru untuk memberikan
dukungan atas pertukaran ide secara bebas dan menerima berbagai ide tersebet
dengan sepenuhnya. Selama fase penyelidikan ini guru memberikan bantuan yang
dibutuhkan siswa tanpa mengganggu aktifitas siswa.
·
Mengembangkan
dan menyajikan hasil kerja siswa
Puncak dari tugas–tugas pembelajaran
PBI adalah pengembangan dan penyajian produk. Produk ini dapat berupa laporan,
poster, model-model fisik, video, program computer dan presentasi multimedia.
·
Menganalisis
dan mengevaluasi proses mengatasi masalah.
Tugas guru pada tahap akhir proses
pembelajaran PBI adalah membantu siswa menganalisis dan mengevaluasi proses
berpikirnya sendiri maupun keterampilan penyelidikan dan keterampilan
intelektual yang mereka gunakan. Selama tahap ini, guru meminta siswa
mengonstruksikan pikiran dan kegiatan mereka selama berbagai tahap
pembelajaran.
2.2.5
Kelebihan
dan Kekurangan
Model
pembelajaran problem based instruction memiliki beberapa kelebihan, antara
lain:
1.
Siswa
dilibatkan pada kegiatan belajar sehingga dapat menyerap pengetahuan yang
dipelajari dengan baik.
2.
Dilatih
untuk dapat bekerjasama dengan siswa lain.
3.
Dapat
memperoleh informasi dari berbagai sumber.
4.
Siswa dapat
berperan aktif dalam proses pembelajaran.
5.
Siswa lebih
memahami konsep yang dipelajari, sebab mereka sendiri yang menemukan konsep
tersebut.
6.
Melibatkan
siswa secara aktif dalam memecahkan masalah dan menuntut keterampilan berfikir
siswa yang lebih tinggi
7.
Pembelajaran
lebih bermakna
8.
Siswa dapat
merasakan manfaat pembelajaran sebab masalah yang diselesaikan merupakan
masalah sehari-hari
9.
Menjadikan
siswa lebih mandiri
10. Menanamkan
sikap sosial yang positif, memberi aspirasi dan menerima pendapat orang lain
11. Dapat
mengembangkan cara berfikir logis serta berlatih mengemukakan pendapat
Sedangkan
menurut Dasna dan Sutrisno, model pembelajaran problem based instruction
memiliki kelebihan sebagai berikut:
1.
Dengan PBI
akan terjadi pembelajaran yang bermakna. Siswa yang belajar untuk menyelesaikan
masalah akan menerapkan pengetahuan yang dimilikinya atau berusaha mengetahui
pengetahuan yang diperlukan. Artinya belajar tersebut ada pada tahap aplikasi
konsep. Belajar akan lebih bermakna dan dapat diperluas jika siswa berhadapan
dengan situasi dimana suatu konsep itu diterapkan.
2.
Dalam model
PBI, siswa mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilannya secara simultan dan
menerapkannya dalam konteks yang relevan. Artinya apa yang mereka laukan seuai
dengan kejadian nyata, bukan lagi teoritis, sehingga masalah-masalah dalam
aplikasi suatu konsep dan teori akan mereka dapatkan sekaligus selama proses
pembelajaran berlangsung.
3.
Model PBI
dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif siswa dalam
bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat menumbuhkan hubungan
interpersonal dalam bekerja kelompok.
Selain
kelebihan, model pembelajaran problem based instruction juga memiliki beberapa
kekurangan, antara lain:
1. Untuk siswa
yang malas, tujuan dari model ini tidak dapat tercapai.
2. Membutuhkan
banyak waktu dan dana.
3. Tidak semua
mata pelajaran dapat diterapkan dengan metode ini.
4. Dibutuhkan
fasilitas dan sumber daya yang memadai untuk mendukung aspek penyelidikan.
5. Menuntut
guru membuat perencanaan pembelajaran yang lebih matang.
6. Kurang
efektif jika jumlah siswa terlalu banyak
2.2.6
Implementasi
Model Problem Base Instruction Dalam Pembelajaran Fisika
Salah satu aplikasi model PBI dalam
pembelajaran fisika pada materi gerak parabola. Berikut ini adalah rancangan
pembelajaran problem base instruction.
ü Tahap 1:
memberikan orientasi tentang permasalahan gerak parabola pada siswa.Guru
menyampaikan tujuan dari pembelajaran dan menyuguhkan permasalahan menarik yang
berkaitan dengan gerak parabola. Selain itu guru juga menjelaskan alat dan
bahan apa saja yang diperlukan untuk melakuakan penyelidikan.
ü Tahap 2:
mengorganisasikan siswa untuk meneliti.Membagi
siswa menjadi kelompok-kelompok kecil yang heterogen. Masing-masing kelompok
terdiri dari 4 orang. Guru meminta siswa bertanya hal-hal yang kurang jelas
mengenai penyelidikan yang akan dilakukan. Kemudian setiap kelompok diberi
tugas untuk memecahkan masalah gerak parabola yang ada pada lembar kerja siswa
(LKS).
ü Tahap 3:
membantu penyelidikan kelompok.Pada tahap
ini siswa mengumpulkan data dan melakukan eksperimen, kemudian mengembangkan
hipotesis, menjelaskannya, dan memberikan solusi. Sedangkan guru berkeliling
ruangan dan memperhatikan kegiatan masing-masing kelompok, dan membantu jika
terdapat kesulitan, baik itu kelompok maupun perorangan.
ü Tahap 4:
mengembangkan dan menyajikan hasil kerja siswa.Setelah
semua kelompok selesai menjawab tugas-tugas pada lembar kerja siswa dan
memecahkan masalah yang disuguhkan, setiap kelompok harus membuat laporan hasil
penyelidikan dan diskusi kelompok yang harus dipresentasikan di depan kelas
dalam diskusi umum yang dipimpin oleh guru. Laporan harus disusun secara
bersama-sama, untuk itu setiap anggota kelompok harus berperan aktif dan
berbagi tugas sehingga dapat menghasilkan laporan yang baik.
ü Tahap 5:
menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi masalah.Guru meminta
salah satu kelompok untuk mempresentasikan laporan kelompok yang sudah dibuat..
Apabila ada siswa yang belum mengerti atau memiliki pendapat yang berbeda,
guru berperan sebagai moderator dan memimpin diskusi kelas. Jika kelompok
yang maju belum bias menjawab pertanyaan yang diajukan, pertanyaan dapat
dialihkan ke kelompok lain, dan jika tidak ada yang bisa, guru dapat membantu
menjawab pertanyaan tersebut.
BAB 3
Penutup
3.1 Direct Instruction
- Model Direct Instruction (DI) atau Pembelajaran Langsung merupakan model pembelajaran behavioristic.
- Model Direct Instruction pada umumnya dirancang secara khusus untuk mengembangkan aktivitas belajar siswa yang berkaitan dengan aspek pengetahuan procedural dan pengetahuan deklaratif yangterstruktur dengan baik yang dapat dipelajari selangkah demi selangkah
- Strategi pembelajaran langsung dirancang untuk mengenalkan siswa terhadap mata pelajaran guna membangun minat, menimbulkan rasa ingin tahu, dan merangsang mereka berpikir
- Langkah-langkah model Direct Instruction terdiri dari 5 fase4, yaitu orientasi, presentasi, latihan terstruktur, latihan terbimbing, latihan bebas
- Metode yang ada di dalam model Direct Instruction antara lain metode ceramah, metode resitasi, metode praktik dan drill, Team-Game-Tournament (TGT)
3.2 Problem
Based Instruction (PBI)
- Model PBI Fokusnya utamanya bukan pada apa yang sedang dikerjakan siswa, tetapi apa yang dipikirkan siswa selama mereka mengerjakannya.
- Model pembelajaran ini dirancang terutama untuk membantu mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi, keterampilan menyelesaikan masalah dan ketererampilan intelektualnya bukan untuk membantu guru memberikan informasi dalam jumlah besar pada siswa.
- Model pembelajaran dengan pendekatan konstruktifis yang berpusat pada siswa, yang mendorong siswa untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran dan lebih kreatif dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang autentik, sedangkan guru hanya berperan sebagai fasilitator.
DAFTAR
PUSTAKA
Arends, Richard I. 2008. Learning To Teach Belajar
untuk Mengajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Arends, Richard I. 2007. Belajar Untuk Mengajar
(volume 2). Terjemahan Helly p. dan Sri M. 2008. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Hakim, Luqman. 2012. Pengaruh Model Pembelajaran
Problem Based Instruction Disertai Media Audio Visual Terhadap Hasil Belajar
Biologi Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Ngemplak Tahun Pelajaran 2011/2012.
(online), (http://biologi.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2012/02/LUQMAN-HAKIM_K4308098.pdf), diakses 8
Januari 2015.
Purwoningsih, Tuti. Model
Pembelajaran Problem Based Learning pada Pembelajaran Fisika SMA. (online),
(http://gurupintar.ut.ac.id), diakses 9
Januari 2015.
Suherman. 2008. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar
Fisika Siswa Melalui Penerapan Model Pemelajaran Berdasarkan Masalah
(Problem-Based Learning). Skripsi tidak diterbitkan. Jakarta: FITK UIN
Syarif Hidayatullah.
Yuliati, Lia. 2008.Model-Model
Pembelajaran Fisika “Teori dan Praktek”.Malang : Universitas Negeri Malang.
Mengetahui Kepala SMA
....
Guru Mata PelajaranFisika
..................................
............................................
NIP.
NIP. 4201411101
Tidak ada komentar:
Posting Komentar