MODEL-MODEL PEMBELAJARAN



MAKALAH
MODEL- MODEL PEMBELAJARAN FISIKA




                                                        














Oleh :
YOHANA NATA






JURUSAN FISIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS FLORES


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Pelaksanaan pembelajaran fisika yang aktif ,inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan baik yang akan dilaksanakan di dalam maupun di luar kelas diperlukan persiapan yang matang oleh pendidik. Dalam perkembangannya terdapat beberapa model pembelajaran yang dapat diterapkan. Model pembelajaran antara lain pembelajaran langsung atau direct instruction, dan Problem Based Instruction, Cooperative Learning. Dalam makalah ini kelompok kami membatasi membahas tentang pembelajaran langsung atau direct instruction, dan Problem Based Instruction. Dalam pembagiannya model-model tersebut memiliki karakteristik dan detil masing masing.
Pada makalah ini, kelompok kami membatasi pembahasan pada model pembelajaran langsung atau direct instruction, dan Problem Based Instruction. Pembahasan pada lingkup definisi, landasan, karakteristik, strategi, langkah-langkah, metode yang dapat digunakan, implementasi dalam bidang fisika, juga kelebihan dan kekurangan metode tersebut.
1.2    Rumusan Masalah
1.2.1        Apakah definisi dari teori pembelajaran (termasuk landasan belajar)?
1.2.2        Seperti apa karakteristik, langkah-langkah, metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran fisika?
1.2.3        Apakah contoh implementasi model pembelajaran fisika?
1.2.4        Apakah kelemahan dan kelebihan model pembelajaran fisika?

1.3    Tujuan
1.3.1        Mengetahui definisi dari teori pembelajaran (termasuk landasan belajar).
1.3.2        Mengetahui apa karakteristik, langkah-langkah, metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran fisika.
1.3.3        Mengetahui contoh implementasi model pembelajaran fisika.
1.3.4        Mengetahui kelemahan dan kelebihan model pembelajaran fisika.



BAB 2
PEMBAHASAN

2.1. Direct Instruction
2.1.1        Definisi Model Direct Instruction
Model Pembelajaran berasal dari kata Model dan Pembelajaran. ”Model diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan suatu kegiatan” (Nur, 1996 : 78). Hakikat pembelajaran atau hakikat mengajar adalah membentuk siswa untuk memperoleh informasi, ide, keterampilan, nilai, cara berfikir, sarana untuk mengekspresikan dirinya, dan cara-cara bagaimana belajar (Joyce dan Weil dalam Nur, 1996 : 79). Berdasarkan pengertian di atas dapat dipahami bahwa model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan dapat berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan para pendidik dalam merencanakan dan melaksanakan aktifitas proses belajar mengajar.
            Model pembelajaran yang menggunakan pendekatan mengajar yang dapat membantu siswa mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh pengetahuan langkah demi langkah adalah model pengajaran langsung (direct intruction). Menurut Arends (2001): ”A teaching model that is aimed at helping student learn basic skills and knowledge that can be taught in a step-by-step fashion. For our purposes here, the model is labeled the direct instruction model”. Artinya: “Sebuah model pengajaran yang bertujuan untuk membantu siswa mempelajari keterampilan dasar dan pengetahuan yang dapat diajarkan langkah-demi-langkah. Untuk tujuan tersebut, model yang digunakan dinamakan model pengajaran langsung.
            Arends (1997) menyatakan: “The direct instruction model was specifically designed           
2.1.2        Landasan Filosofi Model Direct Instruction
ModelDirect Instruction merupakan salah satu model pembelajaran yang berdasarkan        
2.1.3        Karakteristik Model Direct Instruction
Model pembelajaran Direct Instruction atau yang dikenal dengan model pengajaran          
1)        Adanya tujuan pembelajaran dan pengaruh model pada peserta didik termasuk prosedur penilaian belajar
2)        Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran
3)        Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar model yang diperlukan agar kegiatan pembelajaran tertentu dapat berlangsung dengan berhasil
Modelling merupakan pendekatan utama dalam pembelajaran langsung. Modelling berarti mendemonstrasikan suatu prosedur kepada peserta didik. Modelling mengikuti urut-urutan sebagai berikut:
1)      Guru mendemonstrasikan perilaku yang hendak dicapai sebagai hasil belajar.
2)      Perilaku itu dikaitkan dengan perilaku-perilaku lain yang sudah dimiliki peserta didik.
3)      Guru mendemonstrasikan berbagai bagian perilaku tersebut dengan cara jelas, terstruktur dan berurutan disertai penjelasan mengenai apa yang dikerjakannya setelah setiap langkah selesai dikerjakan.
4)      Peserta didik perlu mengingat langkah-langkah yang dilihatnya dan kemudian menirukannya.

2.1.4        Strategi Direct Instruction
Strategi pembelajaran langsung dirancang untuk mengenalkan siswa terhadap mata pelajaran guna membangun minat, menimbulkan rasa ingin tahu, dan merangsang mereka berpikir. Siswa tidak bisa berbuat apa-apa jika pikiran mereka dikembangkan oleh Guru. Banyak Guru yang membuat kesalahan dengan mengajar, yakni sebelum siswa merasa terlibat dan siap secara mental Guru langsung memberikan materi pelajaran.
Menurut Silbernam (dalam Suryati dkk, 2008:35), strategi pembelajaran langsung melalui berbagai pengetahuan secara aktif merupakan cara untuk mengenalkan siswa kepada materi pelajaran yang akan diajarkan. Guru juga dapat menggunakannya untuk menilai tingkat pengetahuan siswa sambil melakukan kegiatan pembentukan tim.
Beberapa situasi yang memungkinkan model pembelajaran langsung cocok untuk diterapkan dalam pembelajaran:
a)      Ketika Guru ingin mengenalkan suatu bidang pembelajaran yang baru dan memberikan garis besar pelajaran dengan mendefinisikan konsep-konsep kunci dan menunjukkan keterkaitan di antara konsep-konsep tersebut.
b)      Ketika Guru ingin mengajari siswa suatu keterampilan atau prosedur yang memiliki struktur yang jelas dan pasti.
c)      Ketika Guru ingin memastikan bahwa siswa telah menguasai keterampilan-keterampilan dasar yang diperlukan dalam kegiatan-kegiatan yang berpusat pada siswa, misalnya penyelesaian masalah (problem solving).
d)     Ketika Guru ingin menunjukkan sikap dan pendekatan-pedekatan intelektual (misalnya menunjukkan bahwa suatu argumen harus didukung oleh bukti-bukti, atau bahwa suatu penjelajahan ide tidak selalu berujung pada jawaban yang logis
e)      Ketika subjek pembelajaran yang akan diajarkan cocok untuk dipresentasikan dengan pola penjelasan, pemodelan, pertanyaan, dan penerapan.
f)       Ketika Guru ingin menumbuhkan ketertarikan siswa akan suatu topik.
g)      Ketika Guru harus menunjukkan teknik atau prosedur-prosedur tertentu sebelum siswa melakukan suatu kegiatan praktik.
h)      Ketika Guru ingin menyampaikan kerangka parameter-parameter untuk memandu siswa dalam melakukan kegiatan pembelajaran kelompok atau independen.
i)        Ketika para siswa menghadapi kesulitan yang sama yang dapat diatasi dengan penjelasan yang sangat terstruktur.
j)        Ketika lingkungan mengajar tidak sesuai dengan strategi yang berpusat pada siswa atau ketika Guru tidak memiliki waktu untuk melakukan pendekatan yang berpusat pada siswa.

2.1.5        Langkah-Langkah Model Pembelajaran Direct Instruction
Langkah-langkah model Direct Instruction terdiri dari 5 fase (dalam Dr. Lia Yuliati M.Pd, 2008:14-17), yaitu orientasi, presentasi, latihan terstruktur, latihan terbimbing, latihan bebas. Penggunaan model ini pada awalnya digunakan untuk meningkatkan pengetahuan atau keterampilan siswa pada level yang lebih tinggi pada kondisi latihan yang berbeda.
Langkah-langkah pembelajaran disusun sesuai dengan sintaks pembelajaran langsung sebagai berikut :
Fase-fase
Kegiatan Guru
1.       Orientasi (Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa)
·         Menjelaskan tujuan pembelajaran/indicator, informasi latar belakang pelajaran, pentingnya pelajaran, mempersiapkan siswa untuk belajar
·         Mendeskripsikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan itu dan hubungannya dengan pengetahuan dan/atau pengalaman awal siswa yang dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan terbuka
·         Mendiskusikan prosedur kegiatan pembelajaran siswa
2.      Presentasi (Mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan)
·         Mendemonstrasikan keterampilan yang benar, atau menyajikan informasi tahap demi tahap
·         Melakukan modelling (pemodelan) keterampilan yang akan dikuasai siswa
3.       Latihan Terstruktur (Membimbing pelatihan)
·         Merencanakan kegiatan bimbingan pada siswa
·         Memberikan bimbingan latihan berdasarkan pemodelan yang diberikan agar siswa dapat melakukan kegiatan pelatihan awal
4.       Latihan Terbimbing (Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik)
·         Mengecek keberhasilan pelaksanaan tugas latihan apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik
·         Memberikan umpan balik terhadap kegiatan siswa dengan melakukan tes, wawancara, pengamatan dan sebagainya
5.       Latihan Bebas  (Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan hasil latihan)
·         Mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan pada siswa
·         Memberikan penerapan materi yang dipelajari siswa pada situasi lebih kompleks dalam kehidupan sehari-hari
                         
a)      Seatwork
Seatwork mengacu pada tugas dan extended practice yang diberikan untuk diselesaikan di kelas. Hal ini cara yang lazim digunakan. Pedoman berikut disarankan untuk Seatwork :
1)      Berikan seatwork yang dianggap menarik dan menyenangkan oleh siswa. Batas penggunaan worksheets standar
2)      Pastikan bahwa siswa memahami apa yang dituntut oleh seatwork itu
3)      Secara umm, buatlah seatwork yang mengikuti pelajaran dengan model pengajaran langsung sebagai kelanjutan latihan/praktik, bukan kelanjutan dan perpanjangan/perluasan pengajaran
4)      Miliki prosedur yang jelas tentang apa yang seharusnya dilakukan siswa bila mereka menemui jalan buntu, dan miliki rekomendasi-rekomendasi bagi siswa yang menyelesaikan pekerjaannya lebih cepat maupun lebih lambat dibanding teman-temannya
b)      Homework
Di bawah ini adalah beberapa pedoman yang disarankan untuk memberikan PR:
1)      Seperti halnya seatwork, berikan tugas yang menarik dan secara potensial menyenangkan dan pastikan bahwa siswa memahami tugasnya
2)      Berikan PR yang cukup menantang dan dapat diselesaikan dengan baik. PR, seperti halnya seatwork, seharusnya tidak melibatkan kelanjutan pengajaran, tetapi kelanjutan praktik/latihan atau persiapan untuk pengajaran hari berikutnya
3)      Gunakan tugas-tugas PR dengan cukup sering dan tidak terlalu besar (banyak) dan bukan lebih jarang tetapi berupa tugas-tugas besar (berat). Pedomanini tentunya dipengaruhi oleh sifat bidang studinya dan umur siswa. Sebagai contoh, tugas-tugas berbasis praktik yang lebih besar sangat diharapkan untuk siswa-siswa yang lebih matang. Tetapi mempraktikkan keterampilan-keterampilan tertentu secara umum lebih baik diberikan dengan dosis yang lebih kecil daripada lebih besar
4)      Buatlah aturan yang jelas untuk pengerjaan PR. Siswa seharusnya memahami dengan jelas apakah mereka boleh berbagi tugas dengan temannya, apakah orangtuanya boleh membantu, apakah mereka boleh menggunakan kalkulator, seberapa jauh mereka boleh menggunakan internet, dan konsekuensi bila tidak mengumpulkan PR pada waktunya
5)      Beritahukan kepada orangtua tentang tingkat keterlibatan yang diharapkan dari mereka. Apakah mereka diharapkan untuk membantu putra-putrinya dalam menjawab pertanyaan –pertanyaan yang sulit atau menyediakan atmosfer belajar yang tenang kepada mereka? Apakah mereka didorong untuk memeriksa PR anaknya setelah selesai dikerjakan? Apakah mereka tau berapa kira-kira frekuensi dan durasi tugas-tugas PR-nya?
6)      Berikan umpan balik dan nilai PR sesegera mungkin. Banyak Guru memeriksa PRsiswa hanya untuk menentukan apakan PR itu dikerjakan. Hal ini akan mengirimkan pesan pada siswa bahwa tidak penting tata cara mengerjakannya, yang penting sudah dikerjakan. Siswa akan segera melihat bahwa tugas itu adalah untuk memindahkan sesuatu apapun itu di atas kertas. Hal ini menjadi preseden buruk. Salah satu metode untuk memberikan umpan-balik yang relative mudah adalah denganmelibatkan siswa dalam mengoreksi PR teman-temannya. Atau, PR itu dikembalikan segera kepada siswa agar mereka mendapatkan manfaat dari tugas itu.

2.1.6        Metode yang Ada di Dalam Model Direct Instruction
            Adapun metode-metode dari Direct Instruction adalah sebagai berikut :
1.      Metode Ceramah
Ceramah  merupakan  metode  pembelajaran  yang  konvensional.  Ceramah jika  terlalu  sering  digunakan  tidak  akan  efektif.  Menurut  Suprayekti  (2003:  32) metode  ceramah  perlu  diperbaiki  dalam  penerapannya  dengan  cara : 
a)      Membangun  daya  tarik,
b)      Memaksimalkan  pengertian  dan  ingatan
c)      Melibatkan siswa
d)      Memberikan penguatan.
Cara untuk membangun  minat siswa pada saat  guru menerapkan metode ceramah, yaitu:
a)        Guru mengemukakan cerita atau visual yang menarik, seperti : anekdot,  cerita  fiksi,  kartun,  atau  media  visual  yang  menarik  siswa
b)        Kemukakan  suatu  masalah
c)        Kemukakan  nilai  positif  dan  manfaat
d)       Berikan pertanyaan yang memotivasi siswa untuk memiliki rasa ingin tahu.
Metode ceramah dalam penerapannya perlu memaksimalkan pemahaman dan ingatan.  Adapun  cara  yang  dapat  ditempuh  untuk  memaksimalkan pemahaman  dan  ingatan,  yaitu :
a)       Memberikan  headlines  dan  kata  kunci
b)       Kemukakan  contoh  dan  analogi
c)       Gunakan  media  pembelajaran  atau minimal  alat  bantu  visual.  Agar  siswa  tidak  pasif,  maka  penerapan  metode ceramah  perlu  melibatkan  peserta  didik.
Hal  tersebut  salah  satunya  dapat ditempuh dengan memberikan  tantangan  spot.  Tantangan spot  adalah  penghentian ceramah  secara  periodik  disertai  dengan  memberikan  tantangan  kepada  siswa untuk  memberikan  contoh dari  konsep  yang  disajikan.  Selain  penggunaan tantangan  spot,  pemberian  latihan-latihan  juga  dapat  melibatkan  siswa  dalam ceramah. Latihan-latihan yang diberikan diarahkan untuk memperjelas point-point yang telah disampaikan dalam cermah.
Materi yang disampaikan  melalu  metode  ceramah  mudah  terlupakan. Kondisi tersebut perlu diatasi dengan memberikan daya penguat ceramah. Adapun cara  untuk  memberikan  daya  penguat  dalam  metode  ceramah,  yaitu :  aplikasi masalah dan review. Aplikasi masalah adalah pemberian masalah atau pertanyaan pada  siswa  untuk  diselesaikan  dengan  memanfaatkan  informasi  yang  diberikan pada  saat  ceramah.  Selain  itu,  penguatan  dapat  diberikan  dengan  memberikan review. Review dalam  hal  ini  siswa  diminta  mengulas  ceramah  yang  telah disampaikan.
2.      Metode Resitasi
Metode resitasi biasanya digunakan untuk mendiagnosis kemajuan belajar peserta didik. Resitasi diterapkan dengan menggunakan pola yaitu guru bertanya, peserta didik memberikan respon, lalu guru memberikan reaksi. Resitasi menurut Gage dan Berliner (melalui  Mulyatiningsih, 2011: 225) umumnya digunakan dalam review, pengantar materi baru, mengecek jawaban, praktik, dan mengecek pemahaman peserta didik terhadap materi pelajaran dan ide-idenya.
3.      Metode Praktik dan Drill
Metode praktik dilakukan setelah materi dipelajari atau guru memberikan demonstrasi.  Metode  drill  digunakan  ketika  peserta  didik  diminta  mengulang informasi  pada  topik-topik  khusus  sampai  dapat  menguasai  topik-topik  yang diajarkan.  Metode  praktik  dan  drill  disebut  juga  metode  praktik  dan  latihan. Metode  tersebut  diarahkan  pada  pengulangan  (repitisi)  untuk  membantu  peserta didik  memiliki  pemahaman  yang  lebih  baik  dan  mudah  mengingat  kembali informasi yang sudah disampaikan.
4.      Team-Game-Tournament (TGT)
Metode  TGT  memiliki  yang  hampir  sama  dengan  STAD. Metode TGT menurut  Mulyatiningsih  (2011:  229)  melibatkan  aktivitas  peserta  didik  tanpa perbedaan status, dengan tutor teman sebaya, dan mengandung unsur permainan dan penguatan. Adapun langkah- langkah TGT, yaitu :
a)        Guru menyajikan materi dengan ceramah dan tanya jawab
b)        Pembentukkan kelompok dengan anggota 4-5  siswa  yang  heterogen;  guru  memberikan  tugas  untuk  belajar  bersama  dalam kelompok
c)        Guru memberikan  permainan  berupa  pertanyaan  dimana  siswa dapat  memilih  sesuai  dengan  nomor  yang  dikehendaki
d)       Guru  memberikan kompetisi atau turnamen setiap selesai satu materi ajar
e)        Guru memberikan penghargaan pada kinerja kelompok yang paling baik.

2.1.7        Kelebihan dan Kelemahan Model Direct Instruction
Secara umum setiap model pembelajaran mempunyai kelebihan-kelebihan yang membuat model pembelajaran tersebut lebih baik digunakan dibanding dengan model pembelajaran yang lainnya. Tetapi selain mempunyai kelebihan-kelebihan pada setiap model pembelajaran juga ditemukan keterbatasan-keterbatasan yang merupakan kelemahannya.
a.    Kelebihan model pembelajaran Direct Instruction
1)        Dalam model pembelajaran Direct Instruction, Guru mengendalikan isi materi dan urutan informasi yang diterima oleh peserta didik sehingga dapat mempertahankan fokus mengenai apa yang harus dicapai oleh peserta didik.
2)        Merupakan cara yang paling efektif untuk mengajarkan konsep dan keterampilan-keterampilan kepada peserta didik yang berprestasi rendah sekalipun.
3)        Model ini dapat digunakan untuk membangun model pembelajaran dalam bidang studi tertentu. Guru dapat menunjukan bagaimana suatu permasalahan dapat didekati, bagaimana informasi dianalisis, bagaimana suatu pengetahuan dihasilkan.
4)        Model pembelajaran Direct Instruction menekankan kegiatan mendengarkan (melalui ceramah) dan kegiatan mengamati (melalui demonstrasi), sehingga membantu peserta didik yang cocok belajar dengan cara-cara ini.
5)        Model pembelajaran Direct Instruction dapat memberikan tantangan untuk mempertimbangkan kesenjangan antara teori dan fakta.
6)        Model pembelajaran Direct Instruction dapat diterapkan secara efektif dalam kelas besar maupun kelas yang kecil.
7)        Peserta didik dapat mengetahui tujuan-tujuan pembelajaran dengan jelas.
8)        Waktu untuk berbagi kegiatan pembelajaran dapat dikontrol dengan ketat.
9)        Dalam model ini terdapat penekanan pada pencapaian akademik.
10)    Kinerja peserta didik dapat dipantau secara cermat.
11)    Umpan balik bagi peserta didik berorientasi akademik.
12)    Model pembelajaran Direct Instruction dapat digunakan untuk menekankan butir-butir penting atau kesulitan-kesulitan yang mungkin dihadapi peserta didik.
13)    Model pembelajaran Direct Instruction dapat menjadi cara yang efektif untuk mengajarkan informasi dan pengetahuan faktual dan terstruktur.
b.    Kelemahan model pembelajaran Direct Instruction
1)         Karena dalam model ini berpusat pada Guru, maka kesuksesan pembelajaran bergantung pada Guru. Jika Guru kurang dalam persiapan, pengetahuan, kepercayaan diri, antusiasme maka peserta didik dapat menjadi bosan, teralihkan perhatiannya, dan pembelajaran akan terhambat.
2)         Model pembelajaran Direct Instruction sangat bergantung pada cara komunikasi Guru. Jika Guru tidak dapat berkomunikasi dengan baik maka akan menjadikan pembelajaran Direct Instruction menjadi kurang baik pula.
3)         Jika materi yang disampaikan bersifat kompleks, rinci atau abstrak, model pembelajaran tidak dapat memberikan kesempatan pada peserta didik untuk cukup memproses dan memahami informasi yang disampaikan.
4)         Jika terlalu sering menggunakan model pembelajaran Direct Instruction akan membuat beranggapan bahwa Guru akan memberitahu peserta didik semua informasi yang perlu diketahui. Hal ini akan menghilangkan rasa tanggung jawab mengenai pembelajan peserta didik itu sendiri.
5)         Demonstrasi sangat bergantung pada keterampilan pengamatan peserta didik. Kenyataannya, banyak peserta didik bukanlah pengamat yang baik sehingga sering melewatkan hal-hal penting yang seharusnya diketahui.

2.1.9        Contoh Perencanaan Model Direct Instruction pada bidang fisika
1.      Orientasi : menyampaikan bahwa telah mempelajari tentang GLBB pada pertemuan sbelumnya dan menyampaikan akan mempelajari materi GJB 
2.      Presentasi : melakukan demonstrasi tentang GJB (menjatuhkan dua benda bermassa beda akan tetap jatuh pada saat yang sama). Dan menyampaikan bahwa yang berpengaruh sebenarnya adalah gaya gesek bukan massa. Menyatakan gerak yang dilakukan sama dengan GLBB dan persamaan yang digunakan sama dengan persamaan GLBB
3.      Latihan Terstruktur : siswa diminta melakukan sendiri percobaan untuk menjatuhkan 2 benda bermassa berbeda. Siswa diberikan soal untuk mempresiksi berapa lama waktu jatuh benda.
4.      Latihan Terbimbing : meminta siswa  untuk mengerjakan didepan soal yang diberikan, dicek kebenaran dan jika salah diluruskan.
5.        Latihan Bebas : memberikan persoalan yyang lebih rumit dengan mengganti variable yang ditanya dan yang diketahui untuk siswa agar lebih mengerti.



2.2. Problem Based Instruction
2.2.1        Pengertian
Ada banyak pakar pendidikan yang mendefinisikan model pembelajaran problem based instruction, diantaranya yaitu menurut Duch pembelajaran berdasarkan masalah (problem based instruction) adalah metode pendidikan yang mendorong siswa mengenal cara belajar dan bekerjasama dalam kelompok untuk menyelesaikan masalah-masalah dalam dunia nyata. Simulasi masalah digunakan untuk mengaktifkan keingintahuan siswa sebelum mempelajari suatu objek. Pembelajaran berdasarkan masalah menyiapkan siswa untuk berpikir secara kritis dan analitis, serta mampu untuk mendapatkan dan menggunakan secara tepat sumber-sumber pembelajaran.
Menurut Arens, problem based instruction adalah model pembelajaran yang berlandaskan paham konstruktivistik yang mengakomodasi keterlibatan siswa dalam belajar dan pemecahan masalah otentik.
Magi Savin-Baden sebagaimana dikutip oleh Suherman mengatakan “problem based-learning is increasingly being seen as a means of educating students to learn with complexity”. Maksudnya adalah model pembelajaran berdasarkan masalah dapat menjadikan pembelajaran siswa lebih bermakna untuk belajar dengan sesuatu yang kompleks.
Sebagaimana dikutip oleh Suherman, Wilkerson dan Gijselaers menyatakan bahwa problem-based learning is characterized by student centered approach, teachers as “facilitators rather than disseminator” and open-ended problem … that “serve as the initial stimulus and famework for learning”. Berdasarkan pengertian tersebut, pembelajaran berdasarkan masalah merupakan suatu konsep pembelajaran yang mempunyai karakteristik pembelajaran berpusat pada siswa dan guru hanya berperan sebagai fasilitator dalam pembelajaran yang bertugas memberikan rangsangan-rangsangan terhadap siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran.
Menurut Nasution, problem based instruction (pembelajaran berbasis masalah) merupakan pembelajaran dengan pendekatan konstruktivis, yang mengatakan bahwa pengetahuan tidak statis, tetapi berevolusi dan berubah secara konstan selama pelajar mengonstruksikan pengalaman-pengalaman baru yang memaksa mereka mendaarkan diri dan memodifikasi pengetahuan sebelumnya. Guru berperan sebagai penyaji masalah, penanya, mengadakan dialog, pemberi fasilitas penelitian, menyiapkan dukungan dan dorongan yang dapat meningkatkan pertumbuhan inkuiri dan intelektual peserta didik. Prinsip utama pendekatan konstruktivis adalah pengetahuan tidak diterima secara pasif, tetapi dibangun secara aktif oleh individu.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran problem based instruction merupakan model pembelajaran dengan pendekatan konstruktifis yang berpusat pada siswa, yang mendorong siswa untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran dan lebih kreatif dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang autentik, sedangkan guru hanya berperan sebagai fasilitator
.
2.2.2        Karakteristik Problem Based Instruction
Para tokoh yang mengembangkan metode pembelajaran problem based instruction mendeskripsikan beberapa karakteristik dari model pembelajaran ini, antara lain:
1.      Pertanyaan atau masalah perangsang
Model pembelajaran ini tidak diorganisasikan di seputar prinsip akademis atau keterampilan tertentu, melainkan pada pertanyaan dan masalah yang penting secara social dan bermakna secara personal bagi siswa. Pertanyaan dan masalah yang diajukan merupakan berbagai masalah yang ada pada kehidupan nyata dengan jawaban yang tidak sederhana dan mengundang solusi yang competing untuk menyelesaikannya.
Contoh pertanyaan dan masalah:
-          Mengapa saat malam hari suara yang kita dengar lebih keras dari pada saat siang hari?
-          Bagaimanakah prinsip yang digunakan oleh kapal selam?
2.      Fokus interdisipliner
Meskipun metode PBI dapat dipusatkan pada subjek tertentu, tetapi masalah yang akan diamati atau diinvestigasi dipilih karena menuntut siswa untuk menggali banyak subjek.
3.      Investigasi autentik
Model PBI mengharuskan siswa untuk melakukan investigasi autentik untuk mendapatkan solusi dari suatu permasalahan yang nyata. Siswa harus menganalisis dan mnetapkan masalah, mengembangkan hipotesis, menumpulkan dan menganalisis informasi, melakukan eksperimen (bila dimungkinkan), membuat inferensi dan menarik kesimpulan.
4.      Menghasilkan produk dan memamerkannya
Model PBI menuntut siswa menghasilkan produk yang menjelaskan atau mempresentasikan solusi yang mereka hasilkan. Produk ini dapat berupa laporan, model fisik, video atau program computer. Produk ini dirancang untuk menyampaikan apa yang telah diperoleh siswa kepada orang lain.
5.      Kerjasama
PBI ditandai dengan bekerja secara kelompok. Bekerja secara bersama-sama dapat memotivasi siswa mengerjakan tugas-tugas kompleks secara kontinyu dan meningkatkan kesempatan bagi siswa untuk melakukan penyelidikan. Selain itu juga dapat mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan sosial.
Dari karakteristik model pembelajaran PBI dapat dijelaskan bahwa model pembelajaran ini tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi dalam jumlah besar pada siswa. Akan tetapi model pembelajaran ini dirancang terutama untuk membantu mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi, keterampilan menyelesaikan masalah dan ketererampilan intelektualnya, membantu mempelajari peran-peran orang dewasa dengan mengalaminya melalui berbagai situasi nyata atau situasi yang disimulasikan, dan membantu siswa untuk menjadi pelajar yang mandiri dan otonom.

2.2.3        Dukungan Teoritis dan Empiris
Model pembelajaran PBI ini mendapat dukungan teoritik dari psikologi kognitif. Fokusnya utamanya bukan pada apa yang sedang dikerjakan siswa, tetapi apa yang dipikirkan siswa selama mereka mengerjakannya. Berikut ini adalah beberapa tokoh yang mendasari model pembelajaran problem based instructutional.
1.      Dewey dan kelas berorientasi-masalah.
Menurut Dewey sekolah merupakan cermin masyarakat yang lebih besar dan kelas akan menjadi laboratorium untuk penyelidikan dan penyelesaian masalah kehidupan nyata. Pedagogi Dewey mendorong guru untuk melibatkan siswa dalam berbagai proyek berorientasi masalah dan membantu mereka menyelidiki berbagai masalah social dan intelektual yang penting.
Dewey mengatakan bahwa pembelajaran di sekolah harusnya purposeful (memiliki maksud yang jelas) dan tidak abstrak dan hendaknya dapat diselesikan melalui kerja kelompok.
2.      Piaget, Vygotsky, dan konstruktivisme
Teori-teori konstruktifis tentang belajar yang menekankan pada kebutuhan pelajar untuk menginvestigasi lingkungannya dan mengonstruksikan pengetahuan yang berarti secara personal memberikan dasar teoritis untuk PBI. Perspektif kognitif-konstruktivis yang menjadi landasan PBI, banyak menggunakan pendapat Piaget. Perspektif ini menyatakan, seperti yang sudah dikatakan oleh Piaget, bahwa pelajar dengan umur berapa pun terlibat secara aktif dalam proses mendapatkan informasi dan mengonstruksikan pengetahuannya sendiri. Pengetahuan tidak statis, tetapi berevolusi dan berubah secara konstan selama pelajar mengonstruksikan pengalaman-pengalaman baru yang memaksa mereka untuk memodifikasi pengetahuan sebelumnya.
Pendapat Lev Vygotsky hampir sama dengan pendapat piaget. Perbedaannya, bila Piaget memfokuskan pada tahap-tahap perkembangan intelektual yang dilalui anak terlepas dari konteks sosial dan kulturalnya, Vygotsky menekankan pentingnya aspek sosial belajar. Vygotsky percaya bahwa interaksi sosial dengan orang lain memacu pengonstruksian ide-ide baru dan meningkatkan intelektual siswa.
3.      Bruner dan discovery learning
Jerome Bruner memberikan dukungan teoritis penting terhadap discovery learning, sebuah model pengajaran yang menekankan pentignya membantu siswa memahami ide-ide kunci suatu disiplin ilmu, kebutuhan akan keterlibatan aktif siswa dalam proses belajar, dan keyakinan bahwa pembelajaran sejati terjadi melalui personal discovery (penemuan pribadi).
Selain itu, model PBI juga menyandarkan diri pada konsep lain dari bruner, yakni scaffolding, yaitu proses bagi seorang pelajar yang dibantu guru atau orang yang lebih mampu untuk mengatasi masalah atau menguasai keterampilan yang sedikit diatas tingkat perkembangannya saat ini. Dalam hal ini pembelajaran berdasarkan masalah tidak akan bejalan dengan baik tanpa adanya bantuan dari pihak-pihak lain yang membantu siswa dalam memecahkan masalah.

2.2.4        Langkah-Langkah Model Pembelajaran PBI
1.      Tahap perencanaan
·         Memutuskan sasaran dan tujuan
Sebelumnya telah dideskripsikan bahwa model PBI dirancang untuk mencapai tujuan-tujuan seperti meningkatkan keterampilan intelektual dan investigasi, memahami peran orang dewasa, dan membantu siswa menjadi pelajar yang mandiri. Sebagian guru merancang pembelajaran PBI untuk mencapai semua tujuan secara simultan. Tetapi sebagian besar guru hanya menekankan satu atau dua tujuan dalam pelajaran tertentu. Terlepas dari apakah pembelajaran itu difokuskan pada sebuah tujuan tunggal atau memiliki tujuan yang luas, penting untuk merumuskan sasaran dan tujuan yang ingin dicapai sehingga dapat dikomunikasikan dengan jelas pada siswa.
·         Merancang situasi bermasalah yang tepat
PBI didasarkan pada pemikiran bahwa situasi bermasalah yang membingungkan dapat menimbulkan rasa ingin tahu siswa sehingga membuat mereka taertarik untuk mencari solusinya. Situasi bermasalah yang baik harus memenuhi lima krieria penting, yaitu:
a.       Situasi yang autentik. Artinya pemasalahannya harus dikaitkan dengan pengalaman nyata dari siswa bukan dengan prinsip-prinsip disiplin akademis tertentu.
b.      Masalah itu harus yang tidak jelas sehingga menimbulkan teka-teki. Masalah yang tidak jelas tidak dapat diselesaikan dengan jawaban yang sederhana dan membutuhkan solusi-solusi alternatif. Hal ini dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk berdiskusi dan berdebat.
c.       Masalah itu harusnya bermakna bagi siswa dan sesuai dengan tingkat pekembangan intelektual siswa.
d.      Masalah itu mestinya cukup luas sehingga memberi kesempatan pada guru untuk memenuhi tujuan instruksionalnya, tetapi tetap dengan batas yang sesuai dengan pelajarannya baik dari segi waktu, ruang, dan keterbatasan sumber daya.
e.       Masalah yang baik harus dapat mendatangkan manfaat dari usaha kelompok.
·         Mengorganisasikan sumber daya dan merencanakan logistik
Model pembelajaran PBI mendorong siswa untuk bekerja dengan menggunakan beragam alat dan bahan, baik yang dilakukan di ruang kelas, perpustakaan sekolah dan laboratorium, atau yang dilakukan di luar kelas. Tugas utama guru dalam perencanaan pembelajaran PBI adalah mengorganisasikan sumber daya dan merencanakan logistik yang diperluakan siswa dalam melakukan investigasi.
Untuk proyek-proyek yang membutuhkan investigasi di luar sekolah dapat membrikan tantangan tersendiri bagi para guru. Guru harus merencanakan seccara terperinci bagaiman siswa akan diantaran ke lokasi dan bagaimana siswa diharapkan berprilaku selama berada di lokasi, selain itu juga mengharuskan untuk mengajarkan sikap yang baik dalam melaksanakan observasi.
2.      Tahap pelaksanaan
·         Memberikan orientasi permasalahannya kepada siswa.
Guru harus mengomunikasikan tujuan dari pembelajaran tersebut dengan jelas. Uru juga harus membeikan motivasi dan membangun sikap positif terhadap pelajaran tersebut dan mendiskripsikan hal-hal yang akan dilakukan siswa alam pembelajaran tersebut. Untuk siswa yang belum pernah melakukan pembelajaran dengan model PBI, sebaiknya guru mendeskripsikan dan menjelaskan proses-proses dan prosedur model tersebut dengan lebih terperinci.
Siswa perlu memahami bahwa maksud dari pembelajaran PBI adalah untuk belajar tentang cara melakukan penyelidikan terhadap permasalahan-permasalahan penting dan menjdi pelajar yang mendiri.
Dalam menyuguhkan situasi bermasalah itu pada siswa, hendaknya dilakukan dengan semenarik mungkin dan seakurat mungkin. Biasanya dengan melihat, merasakan, atau menyentuh suatu objek dapat lebih membangkitkan rasa ketertarikan dan motivasi siswa dalam melakukan penyelidikan. Salah satunya dengan menggunakan discrepant events (situasi yang menciptakan misteri dan mengejutkan).
·         Mengorganisasikan siswa untuk meneliti.
Model PBI mengharuskan guru untuk mengembangkan kemampuan bekerjasama di antara siswa dan membantu mereka untuk menyelidiki permasalahan secara bersama-sama. Selain itu guru juga harus membangtu siswa dalam merencanakan tugas penyelidikan dan tugas pelaporannya.
Untuk mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil dapat dilakukan dengan bervariasi, sesuai dengan tujuan yang dimiliki guru untuk proyek-proyek tertentu. Kelompok yang dibentuk dapat bersifat heterogen baik dari tingkat kemampuan dan keanekaragaman rasial, etnis atau gender. Guru juga dapat mengorganisasikan siswa menurut minat yang sama.
Setelah siswa menerima orientai masalah dan membentuk kelompok, selanjutnya harus ditetapkan sub-subtopik yang akan dibahas, tugas-tugas penyelidikan dan jadwal yang spesifik. Tantangan bagi guru dalam tahap ini adalah memastikan semua siswa terlibat aktif dan hasil penyelidikan-penyelidikan subtopic dapat menghasilkan solusi yang dapat berlaku untuk permasalahan itu secara umum.
·         Membantu investigasi atau penyelidikan mandiri dan kelompok.
Inti dari model pembelajaran problem based instruction adalah melakukan penyelidikan, baik itu dilakukan secara mandiri, berpasangan atau pun kelompok-kelompok kecil. Meskipun setiap masalah membutuhkan teknik penyelidikan yang sedikit berbeda, namun sebagian besar melibatkan proses mengumpulkan data dan eksperimen, pembuatan hipotesis dan penjelasan, serta pemberian solusi.
-          Mengumpulkan data dan eksperimen
Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan data dan melakukan eksperimen mental atau actual untuk menciptakan dan mengonstruksikan ide-idenya sendiri. Selain itu guru juga harus mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat membantu siswa dalam memikirkan permasalahan tersebut dan informasi apa saja yang dibutuhkan untuk sampai pada solusi yang dapat dipertahankan. Siswa perlu diajarkan untuk menjadi penyelidik yang aktif dan cara menggunakan metode yang sesuai dengan permasalahan yang diteliti. Siswa juga perlu diajarkan etiket penyelidikan yang baik.
-          Mengembangkan hipotesis, menjelaskan, dan memberi solusi.
Setelah mengumpulkan data dan eksperimen siswa akan menawarkan hipotesis, penjelasan dan solusi. Pada tahap ini sangat penting bagi guru untuk memberikan dukungan atas pertukaran ide secara bebas dan menerima berbagai ide tersebet dengan sepenuhnya. Selama fase penyelidikan ini guru memberikan bantuan yang dibutuhkan siswa tanpa mengganggu aktifitas siswa.
·         Mengembangkan dan menyajikan hasil kerja siswa
Puncak dari tugas–tugas pembelajaran PBI adalah pengembangan dan penyajian produk. Produk ini dapat berupa laporan, poster, model-model fisik, video, program computer dan presentasi multimedia.
·         Menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi masalah.
Tugas guru pada tahap akhir proses pembelajaran PBI adalah membantu siswa menganalisis dan mengevaluasi proses berpikirnya sendiri maupun keterampilan penyelidikan dan keterampilan intelektual yang mereka gunakan. Selama tahap ini, guru meminta siswa mengonstruksikan pikiran dan kegiatan mereka selama berbagai tahap pembelajaran.

2.2.5        Kelebihan dan Kekurangan
Model pembelajaran problem based instruction memiliki beberapa kelebihan, antara lain:
1.      Siswa dilibatkan pada kegiatan belajar sehingga dapat menyerap pengetahuan yang dipelajari dengan baik.
2.      Dilatih untuk dapat bekerjasama dengan siswa lain.
3.      Dapat memperoleh informasi dari berbagai sumber.
4.      Siswa dapat berperan aktif dalam proses pembelajaran.
5.      Siswa lebih memahami konsep yang dipelajari, sebab mereka sendiri yang menemukan konsep tersebut.
6.      Melibatkan siswa secara aktif dalam memecahkan masalah dan menuntut keterampilan berfikir siswa yang lebih tinggi
7.      Pembelajaran lebih bermakna
8.      Siswa dapat merasakan manfaat pembelajaran sebab masalah yang diselesaikan merupakan masalah sehari-hari
9.      Menjadikan siswa lebih mandiri
10.  Menanamkan sikap sosial yang positif, memberi aspirasi dan menerima pendapat orang lain
11.  Dapat mengembangkan cara berfikir logis serta berlatih mengemukakan pendapat
Sedangkan menurut Dasna dan Sutrisno, model pembelajaran problem based instruction memiliki kelebihan sebagai berikut:
1.      Dengan PBI akan terjadi pembelajaran yang bermakna. Siswa yang belajar untuk menyelesaikan masalah akan menerapkan pengetahuan yang dimilikinya atau berusaha mengetahui pengetahuan yang diperlukan. Artinya belajar tersebut ada pada tahap aplikasi konsep. Belajar akan lebih bermakna dan dapat diperluas jika siswa berhadapan dengan situasi dimana suatu konsep itu diterapkan.
2.      Dalam model PBI, siswa mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilannya secara simultan dan menerapkannya dalam konteks yang relevan. Artinya apa yang mereka laukan seuai dengan kejadian nyata, bukan lagi teoritis, sehingga masalah-masalah dalam aplikasi suatu konsep dan teori akan mereka dapatkan sekaligus selama proses pembelajaran berlangsung.
3.      Model PBI dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif siswa dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat menumbuhkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.
Selain kelebihan, model pembelajaran problem based instruction juga memiliki beberapa kekurangan, antara lain:
1.      Untuk siswa yang malas, tujuan dari model ini tidak dapat tercapai.
2.      Membutuhkan banyak waktu dan dana.
3.      Tidak semua mata pelajaran dapat diterapkan dengan metode ini.
4.      Dibutuhkan fasilitas dan sumber daya yang memadai untuk mendukung aspek penyelidikan.
5.      Menuntut guru membuat perencanaan pembelajaran yang lebih matang.
6.      Kurang efektif jika jumlah siswa terlalu banyak



2.2.6        Implementasi Model Problem Base Instruction Dalam Pembelajaran Fisika
Salah satu aplikasi model PBI dalam pembelajaran fisika pada materi gerak parabola. Berikut ini adalah rancangan pembelajaran problem base instruction.
ü  Tahap 1: memberikan orientasi tentang permasalahan gerak parabola pada siswa.Guru menyampaikan tujuan dari pembelajaran dan menyuguhkan permasalahan menarik yang berkaitan dengan gerak parabola. Selain itu guru juga menjelaskan alat dan bahan apa saja yang diperlukan untuk melakuakan penyelidikan.
ü  Tahap 2: mengorganisasikan siswa untuk meneliti.Membagi siswa menjadi kelompok-kelompok kecil yang heterogen. Masing-masing kelompok terdiri dari 4 orang. Guru meminta siswa bertanya hal-hal yang kurang jelas mengenai penyelidikan yang akan dilakukan. Kemudian setiap kelompok diberi tugas untuk memecahkan masalah gerak parabola yang ada pada lembar kerja siswa (LKS).
ü  Tahap 3: membantu penyelidikan kelompok.Pada tahap ini siswa mengumpulkan data dan melakukan eksperimen, kemudian mengembangkan hipotesis, menjelaskannya, dan memberikan solusi. Sedangkan guru berkeliling ruangan dan memperhatikan kegiatan masing-masing kelompok, dan membantu jika terdapat kesulitan, baik itu kelompok maupun perorangan.
ü  Tahap 4: mengembangkan dan menyajikan hasil kerja siswa.Setelah semua kelompok selesai menjawab tugas-tugas pada lembar kerja siswa dan memecahkan masalah yang disuguhkan, setiap kelompok harus membuat laporan hasil penyelidikan dan diskusi kelompok yang harus dipresentasikan di depan kelas dalam diskusi umum yang dipimpin oleh guru. Laporan harus disusun secara bersama-sama, untuk itu setiap anggota kelompok harus berperan aktif dan berbagi tugas sehingga dapat menghasilkan laporan yang baik.
ü  Tahap 5: menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi masalah.Guru meminta salah satu kelompok untuk mempresentasikan laporan kelompok yang sudah dibuat.. Apabila ada siswa yang belum mengerti atau memiliki pendapat yang berbeda, guru  berperan sebagai moderator dan memimpin diskusi kelas. Jika kelompok yang maju belum bias menjawab pertanyaan yang diajukan, pertanyaan dapat dialihkan ke kelompok lain, dan jika tidak ada yang bisa, guru dapat membantu menjawab pertanyaan tersebut.




BAB 3
Penutup

3.1  Direct Instruction
  • Model Direct Instruction (DI) atau Pembelajaran Langsung merupakan model pembelajaran behavioristic.
  • Model Direct Instruction pada umumnya dirancang secara khusus untuk mengembangkan aktivitas belajar siswa yang berkaitan dengan aspek pengetahuan procedural dan pengetahuan deklaratif yangterstruktur dengan baik yang dapat dipelajari selangkah demi selangkah
  • Strategi pembelajaran langsung dirancang untuk mengenalkan siswa terhadap mata pelajaran guna membangun minat, menimbulkan rasa ingin tahu, dan merangsang mereka berpikir
  • Langkah-langkah model Direct Instruction terdiri dari 5 fase4, yaitu orientasi, presentasi, latihan terstruktur, latihan terbimbing, latihan bebas
  • Metode yang ada di dalam model Direct Instruction antara lain metode ceramah, metode resitasi, metode praktik dan drill, Team-Game-Tournament (TGT)

3.2  Problem Based Instruction (PBI)

  • Model PBI Fokusnya utamanya bukan pada apa yang sedang dikerjakan siswa, tetapi apa yang dipikirkan siswa selama mereka mengerjakannya.
  • Model pembelajaran ini dirancang terutama untuk membantu mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi, keterampilan menyelesaikan masalah dan ketererampilan intelektualnya bukan untuk membantu guru memberikan informasi dalam jumlah besar pada siswa.
  • Model pembelajaran dengan pendekatan konstruktifis yang berpusat pada siswa, yang mendorong siswa untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran dan lebih kreatif dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang autentik, sedangkan guru hanya berperan sebagai fasilitator.




DAFTAR PUSTAKA

Arends, Richard I. 2008. Learning To Teach Belajar untuk Mengajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Arends, Richard I. 2007. Belajar Untuk Mengajar (volume 2). Terjemahan Helly p. dan Sri M. 2008. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Hakim, Luqman. 2012. Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Instruction Disertai Media Audio Visual Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Ngemplak Tahun Pelajaran 2011/2012. (online), (http://biologi.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2012/02/LUQMAN-HAKIM_K4308098.pdf), diakses 8 Januari 2015.
Purwoningsih, Tuti. Model Pembelajaran Problem Based Learning pada Pembelajaran Fisika SMA. (online), (http://gurupintar.ut.ac.id), diakses 9 Januari 2015.
Suherman. 2008. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Siswa Melalui Penerapan Model Pemelajaran Berdasarkan Masalah (Problem-Based Learning). Skripsi tidak diterbitkan. Jakarta: FITK UIN Syarif Hidayatullah.
Yuliati, Lia. 2008.Model-Model Pembelajaran Fisika “Teori dan Praktek”.Malang : Universitas Negeri Malang.





ENDE, 24 Desember 2013
Mengetahui Kepala SMA ....                                      Guru Mata PelajaranFisika



..................................                                                  ............................................
NIP.                                                                            NIP. 4201411101



Tidak ada komentar:

Posting Komentar